Filosofi Metamorfosis
Sebuah Kisah (diceritakan oleh guru saya yang paling sabar, Ustadz
Anas)
Suatu hari, seseorang duduk mengamati kepompong yang dengan segera
akan bermetamorfosa menjadi kupu-kupu cantik. Kepompong itu terpecah sedikit
demi sedikit hingga samar-samar terlihatlah bakal sayap kupu-kupu yang indah.
Namun sang calon kupu-kupu itu terlihat sangat susah payah keluar dari
kepompong. Sehingga orang tersebut merasa kasihan. Karena tak sanggup menonton
kerja keras sang calon kupu-kupu, ia pun bangkit dari duduknya lalu membantu
sang calon kupu-kupu untuk keluar dari kepompong, dia menggunting kepompongnya.
Tak perlu usaha keras dan hanya butuh waktu singkat, keluarlah kupu-kupu
tersebut dengan sayap kerdil yang berkerut, tak seperti sayap kupu-kupu pada
umumnya. Orang tersebut lalu tersenyum karena merasa telah membantu dan
berdalih bahwa sayapnya akan merekah seiring berjalannya waktu. Betapa
menyesalnya orang itu ketika mendapati bahwa sang kupu-kupu tersebut tak bisa
terbang. Sayapnya yang kerdil hanya sebagai hiasan semata.Kupu-kupu itu
menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan
sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang.
Kehidupan adalah proses atau tahapan dimana kita akan berubah. Yang kecil akan menjadi besar, yang muda akan menjadi tua atau yang pendek akan menjadi tinggi. Baik buruknya perubahan yang terjadi ditentukan dari mimpi yang dibangun atas keinginan dan perjuangan yang menyatu. Dan semua itu membutuhkan waktu. Sedetik, semenit, sejam, sehari, sebulan, atau bahkan bertahun-tahun. Bak metaorfosa yang terjadi pada kupu-kupu, membutuhkan waktu. Ketika kita tak menyalahi waktu, lalu mengambil jalan pintas, maka akan ada penyesalan di akhirnya.
Kita terlampau sering merasa membantu seseorang. Padahal nyatanya, kita hanya mencelakakannya karena merusak perjuangannya. Ketika kita merasa kasihan melihat teman yang tak tahu jawaban dari soal ujian yang dihadapi, kita membantu. Adik yang sakit gigi tetapi masih saja merengek meminta permen, kita membelikan. Saat seorang sahabat yang meronta akibat candu pada narkoba, kita memberi. Dimana saat-saat itu kita justru menghasncurkan perjuangan yang telah ditempuh sebelumnya.
Kita tak pernah mengajak kesabaran tuk menemani, sabar dalam menghadapi setiap perkara yang seharusnya kita tak membantu -yah, walau hati sedih melihatnya. Cobalah membiasakan diri tuk bersabar, dan cobalah mengajari teman, adik atau sahabat kita tuk menikmati perjuangan dengan kesabaran. Karena kesabaran adalah hal yang seharusnya menjadi pemandu dalam setiap kerja keras yang dilakukan, kesabaran adalah hiasan mises di atas sebuah donat. Tanpanya, akan terasa hambar. Tanpanya, kita akan tersesat.
Jangan mengusik tahap-tahap dari metamorfosa itu dengan mengatasnamakan rasa kasihan, apatah lagi rasa prihatin. Karena jika ada tahapan yang tak sempurna dijalani, maka akan ada rasa kasihan yang jauh lebih mengiris hati, akan ada rasa prihatin yang membuat mata menjadi sembab.
Nikmatilah setiap tahap dari metamorfosa kehidupan yang kita miliki dengan kesabaran. Karena dari setiap tahap perjuangan kita, akan selalu ada pelajaran yang membuat kita akan berubah -menjadi lebih baik.
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik”. (QS. Al-Ma`arij: 5)