Metaforfosis
Setiap manusia akan menjalani proses dari kehidupannya masing-masing. Seperti metamorfosa kupu-kupu yang berawal dari telur, lalu menetas menjadi ulat, lalu beranjak menjadi kepompong, dan akhirnya keluar menjadi kupu-kupu yang indah. Maka sepatutnyalah, kita menikmati setiap proses yang terjadi dalam hidup ini.
Di pelataran gedung pinisi -Universitas Negeri Makassar. Aku melihat ribuan mahasiswa baru (maba) yang kini memakai jas almamater berwarna orange. Bagaikan tumpahan sirup jeruk yang siap diminum tuk pelepas dahaga. Mereka menyunggingkan senyum ceria dengan tatapan mata yang berbinar. Seakan mengumumkan pada dunia, bahwa mereka telah melewati satu tahap dari metamorfosa kehidupannya, menyandang gelar mahasiswa.
Mungkin aneh, jika aku meminta salah seorang dari kalian tuk bertukar posisi. Aku ingin kembali menjadi maba, walau kebanyakan orang menganggap “maba” adalah kata yang lebih horor dari film insidious 3. Entahlah, apakah karena sederetan pengaderan yang diwajibkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), ataukah stigma negatif tentang retorika senior yang tidak hanya menusuk telinga, tetapi tembus sampai ke hati.
Terlepas dari semua itu, ada momen yang tersembunyi di balik tirai opini tentang senior. Momen dimana kita berkenalan dengan teman baru kemudian mencari teman yang cocok dengan karakter kita, mencoba beradaptasi dengan suhu alam di kampus, momen saat kita menilai beberapa senior, lalu ber-pdkt untuk menggali informasi seputar perkuliahan atau bahkan momen ketika ternyata Allah menjadikan kampus tempat kita bertemu dengan kawan lama yang dulu kita cari-cari keberadaanya. Momen-momen itu, membuat cerita horor menjadi maba berubah menjadi kisah romantis sepanjang masa.
Hari ini, tiang-tiang gedung pinisi, ikan-ikan di kolam, dan pepohonan yang menghiasi taman, menjadi saksi atas janji yang kau ikrarkan. Menjadi mahasiswa yang washot antara iptek dan imtaq, menjadi generasi bangsa yang membanggakan. Jika sejauh ini almamater kita dipandang negatif akibat tingkah pendahulu yang mereka kira benar, walau selama ini perguruan kita terbangun dengan image buruk demonstrasi yang anarkis. Maka, biarlah tiang-tiang gedung ini yang menepuk pundakmu dikala kau lengah akan janjimu. Aku berharap agar ikan-ikan di kolam itu tak pernah lupa menegurmu saat kau lupa dengan janjimu. Dan aku akan selalu berdo’a agar pepohonan itu siap menghalaumu ketika selangkah lagi kau mendustai ikrarmu.
Teruntuk adik-adikku mahasiswa baru. Jadikan ulat-ulat di kampus ini berubah menjadi kupu-kupu yang memukau karena terbang dengan sejuta karya. Kuburlah kenakalan, kejahiliaan, dan kebobrokan akidah dengan sisa-sisa kepompongmu. Karena saat ini kalian adalah kupu-kupu berwarna orange yang beterbangan menghiasi gedung pinisi yang menjulang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar