Agar Hujan Lebih Bermakna

Agar Hujan Lebih Bermakna

Sekarang kita telah memasuki musim penghujan. Dan mungkin sebagian orang ada yang tidak suka dengan hujan. Mereka mungkin beralasan karena cucian tidak kering, jalanan licin, dan lain sebagainya. Tapi, cukup banyak juga tuh orang yang lebih senang dijuluki Pluviophile.Yah, mereka adalah orang-orang yang merasa senang dan candu pada hujan. Saya pun termasuk bagian dari mereka, dan mungkin kamu juga, hehe. Kita suka dengan hujan karena udaranya dingin, membuat pikiran jadi tenang, atau karena petrichor -aroma tanah yang menyeruak saat hujan. Untuk lebih tepatnya, kita lihat saja esensi hujan dari Yang Menciptakannya. “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan) dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih” (QS. Al-Furqan/25:48).

Daripada hanya sekadar menjadi Pluviophile yang ngegalau, mending kita jadikan hujan lebih bermakna. Caranya bagaimana ? tenang saja, kita kan beruntung nih, menjadi seorang muslim yang semua perbuatan dari bangun tidur sampai tidur kembali ada tuntunannya. Yah, istilah lebih kerennya adalah adab. Nah, begitupun dengan hujan. Agar hujan lebih bermakna, kita amalkan adab-adabnya mulai dari langit mendung sampai ketika hujan reda.

 A.      Adab Ketika Mendung

1. Adanya kekhawatiran. 

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, Bila hari berangin dan mendung wajah Rasulullah saw. tampak Gelisah, mondar-mandir. Dan bila hujan turun, beliau berseri-seri dan hilanglah kegelisahan itu. Aisyah berkata: Aku menanyakan hal itu kepada beliau. Beliau menjawab: Aku sangat khawatir hujan itu akan menjadi azab yang menimpa umatku. Jika melihat hujan turun beliau berkata: (Hujan adalah) rahmat. (Shahih Muslim No.1495).

 2. Berhenti sejenak dan berdoa

Doa :"Allahumma innii 'audzubika minsyarri fihi"

 3. Jika awan tiba-tiba berubah dan cerah lagi, berdoa dengan ucapan Hamdalah.
  

B.       Adab Ketika Hujan Turun

1.      Berdoa.

’Aisyah radhiyallahu ’anha, berkata ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat)”. HR. Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190, dan An Nasai no. 1523.

2.      Merasakan berkah

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” ( HR. Muslim no. 898).

3.      Berdoa pada saat turun hujan dengan doa apapun.

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”. (Dikeluarkan oleh Imam Syafi’i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma’rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 1026).

 

C.       Adab ketika hujan turun terus menerus

1.      Berdoa

“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari no. 1014). 

2.      Tidak mencela angin yang bertiup

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ”Janganlah kamu mencaci maki angin.”. (HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka’ab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

3.      Berdoa ketika mendengar petir atau guntur

Doanya dalam QS. Ar-Rad ayat 13

 

D.      Adab ketika hujan reda

Berdoa

Doa : ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.

Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah)maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71, dari Kholid Al Juhaniy).

 

Referensi :

Al-Qahthani, S.A.W. (2007). Doa & Wirid Cetakan ke-42. Solo: At-Tibyan.

Artikel https://rumaysho.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.