Bagaimana Hujan yang Romantis ?

Terik sudah beranjak pergi, tanah-tanah tak lagi sekering musim lalu. Hujan telah menyapa padang gersang ibu pertiwi. Patutlah kita bersyukur atas rahmat Allah yang selama ini didambakan banyak orang. Hujan yang ditunggu-tunggu sudah menumbuhkan ilalang-ilalang yang membuat mata ini terpesona memandang hamparannya. 

Air telah terserap hingga menyeruakkan aroma tanah yang menenangkan pikiran kita. Langit-langit senja tak sendiri lagi, selalu saja dihias sang pelangi yang menyenangkan untuk dipandangi. Sungguh, fenomena romantis yang disuguhkan Sang Khaliq lewat guyuran hujan. Namun, hujan bukan hanya untuk manusia, hujan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada makhluk ciptaan-Nya yang lain. 

Tanah tandus, pepohonan, hewan-hewan ternak dan makhluk lainnya memohon diturunkannya hujan. Sehingga hujan menjadi berita gembira bagi semua makhluk Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan” (Potongan QS. Al A’raf:57).  

Seorang dosen pernah berkata bahwa hujan itu hanya 1% air dan 99% adalah kenangan. Yah, mungkin pernyataannya berakar dari stigma populer di kalangan pemuda bahwa hujan adalah suasana paling romantis, entah karena ditemani oleh orang-orang terkasih atau hanya dengan kenangan. Jauh sebelum stigma itu muncul di tengah kaula muda, agaknya, Allah telah menakdirkan hujan memang menjadi peranti penghubung dua cinta.

Buktinya, Allah menjadikan hujan sebagai salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Seperti dalam hadits “Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078). Tak ada yang lebih romantis dari hubungan cinta antara Sang pencipta dan hamba-Nya. 

Ketika hamba-Nya menengadahkan kedua tangan untuk memanjatkan doa di tengah guyuran hujan, ketika permohonannya menyatu bersama suara hujan, maka seperti itulah romantisme yang sesungguhnya. Bukan sekadar mengenang masa lalu dengan sejuta duka atau berduaan dengan orang yang belum halal bagi kita. Sungguh, hal itu sangat jauh dari hakikat romantis yang sepatutnya. Maka sudah sepantasnya kita menciptakan suasana romantis dengan patut, berdoa kepada Allah dengan penuh harap dan semoga Dia mengijabah doa kita sebagai wujud cinta-Nya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.