Bubur dalam Cerpen Jangan Tidur di Malam Hari
Baiklah, ini entah tugas yang ke berapa dari Komunitas ODOP. Saya tidak menghitung dan lebih memilih menikmatinya saja. Meski, dinikmati dengan jiwa prokrastinasi dalam diriku hehe setiap hari dan setiap tugas dikerjakan di jam-jam rawan. Kali ini mines 2 jam waktuku mengerjakan tugas untuk mengulas unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah cerpen. Kali ini saya memilih cerpen yang ditulis oleh Hiday Nur dengan judul "Jangan Tidur di Malam Hari".
Unsur Intrinsik:
1. Tema
Tema yang diangkat dalam cerpen ini adalah permasalahan sosial terkait pengangkatan pemimpin di suatu daerah. Dalam cerpen ini diceritakan tentang seseorang yang entah dari mana asalnya datang ke suatu daerah. Orang tersebut yang bernama Tuan Hugo mampu mengambil kepercayaan dan simpati masyarakat di daerah itu karena kebijaksanaannya dan kedermawanannya, bahkan menyaingi dominasi kepala suku, hingga suatu ketika kepala suku ditemukan meninggal dan Tuan Hugo pun diangkat menjadi kepala suku. Awalnya masyarakat senang, tetapi lama kelamaan banyak kebijakan yang terdengar aneh bagi masyarakat dan justru mempersulit masyarakat itu. Ini menggambarkan apa yang terjadi ketika pemilihan umum berlangsung. Banyak calon pemimpin yang hanya menampakkan baiknya di awal kepemimpinan saja.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam cerpen ini yang disebutkan namanya hanya dua yaitu Tuan Hugo dan Chickgo anak ankatnya. Tuan Hugo pada awal cerpen digambarkan sebagai tokoh yang protagonis karena sering membantu permasalahan masyarakat di daerah itu. Namun pada akhir cerita, ternyata Tuan Hugo adalah Tokoh yang antagonis karena dicurigai membunuh kepala suku untuk menggantikan jabatannya dan Chickgo sekarang ikut menjadi pemimpin di daerah itu. Tokoh figuran dalam cerpen ini adalah masyarakat di daerah tersebut.
3. Alur (Plot)
Cerpen ini menggunakan alur maju karena menceritakan dari awal Tuan Hugo datang ke suatu daerah hingga ia bisa memimpin daerah tersebut. Tahapan ceritanya pun tersusun rapih mulai dari perkenalan yang menceritakan siapa itu Tuan Hugo, lalu tahap penanjakan yang menceritakan bagaimana Tuan Hugo sehingga bisa dipuja oleh masyarakat. Selanjutnya tahap klimaks dimana Tuan Hugo dikabarkan meninggal, tetapi ternyata bangun kembal dan justru Kepala suku yang meninggal dan bagaimana Tuan Hugo memimpin di daerah tersebut sepeninggal Kepala Sukunya.
4. Setting (Latar)
Ada beberapa latar waktu yang digunakan dalam cerpen ini, salah satunya adalah waktu shubuh dimana Tuan Hugo mendatangi suatu daerah, kedua adalah waktu malam dimana Kepala Suku meninggal dan pada pagi harinya Tuan Hugo kembali dan mengabarkan kematian Kepala Suku. Latar tempat yang diangkat dalam cerpen ini secara garis besar adalah suatu daerah yang dipimpin oleh Kepala Suku dan ada beberapa tempat spesifik yang disebutkan yaitu pohon dekat rumah Pak Hugo dan Podium. Suasana yang tergambar dalam cerpen ini adalah yang genting dan sedih seperti waktu meninggalnya Tuan Hugo dan sentimen ketika Chickgo turut memimpin daerah.
5. Sudut Pandang
Sudut pandanga yang digunakan dalam cerpen ini adalah orang ketiga yaitu penulis yang menceritakan tidak hadir dalam cerita ini. penulis seolah-olah merasakan setiap peristiwa yang terjadi dalam cerita.
6. Gaya Bahasa
Penulis menggunakan gaya bahwa yang tidak eksplisit dalam menceritakan peristiwa yang terjadi di cerpen ini. Sebagai pembaca, kita harus memaknai bahasa yang disampaikan oleh penulis seperti pada bagian yang menceritakan desas desus kepemimpinan Tuan Hugo dan Chickgo yang berbicara di Podium. Padahal sebelumnya tidak dicertakan secara gamblang bahwa Chickgo diangkat menjadi aparat di daerah tersebut yang ada hanya penjelasan tentang Tuan Hugo yang menggnati semua abdi masyarakat yang sebelumnya menjabat.
7. Amanat
Pesan yang terkandung dalam cerpen ini sebenarnya sangat dalam karena dapat kita gunakan sebagai pegangan di kehidupan nyata, yaitu:
- Jangan menaruh kepercayaan berlebih pada seseorang bahkan ketika ia sangat baik. Karena ketika ia melakukan kejahatan kepada kita, kita tidak akan mengembalikan masa lalu.
- Harus menilai seseorang secara adil dan tidak terlalu memuja
- Kita harus memiliki prinsip agar tidak tertipu. Inilah sepertinya yang menjadi amanat dan menjadi judul dari cerita ini. Jangan Tidur di Malam Hari maksudnya adalah jangan pernah melepas prinsip kita karena banyak orang yang bisa merekayasa keadaan.
Unsur Ekstrinsik
1. Latar Belakang Masyarakat
Cerita ini menggambarkan strategi seseorang ketika ingin menjadi pemimpin di suatu daerah adalah harus mengambil hati masyarakat. Seperti yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Dengan sistem demokrasi, calon pemimpin yang terpilih adalah mereka yang bisa merangkul suara masyarakat. kemudian adanya persaingan dalam menjabat sebuah jabatan bahkan seseornag bisa nekat melakukan tindakan yang tidak terpuji untuk menjatuhkan lawannya. Inilah yang digambarkan dalam cerpen.
2. latar Belakang Penulis
Penulis adalah seorang pegiat literasi dan dari hasil pencarian ku, ia juga pernah menerima beasiswa LPDP. Sependek pengetahuan saya, orang-orang yang lulus LPDP adalah orang yang memiliki perhatian lebih terhadap negerinya karena di sesi wawancara akan ada psikolog yang menilai bagaina calon penerima beasiswa dapat berkontribusi terhadap Indonesia setelah lulus nanti. Dari latar belakang ini, saya berasusmsu bahwa cerpen ini adalah wujud dari keresahan penulis akan fenomena mengejar jabatan di Indonesia dan bagaimana masyarakat mudah percaya terhadap janji-janji yang diucapkan calon.
3. Nilai yang Terkandung
Dalam cerpen ini cukup banyak nilai yang terkandung dan paling menonjol adalah nilai sosial yaitu masyarakat pasti menaruh simpati terhadap orang yang dermawan dan bijaksana seperti Tuan Hugo. Kemudian nilai moral yang dapat saya tangkap dari cerita ini adalah jangan pernah menjatuhkan orang lain seperti Tuan Hugo yang membunuh Kepala Suku. Dan terakhir adalah nilai budaya yaitu masyarakat terbiasa menyebar desas desus terkait suatu peristiwa seperti Tuan Hugo yang tiba-tiba hidup kembali dan Kepala suku yang meninggal menjadi bahan pembicaraan warga.
Terakhir, kenapa saya memberikan judul "Bubur dalam Cerpen Jangan Tidur di Malam hari", karena ketika seseorang yang sudah berbuat jahat, kita tidak akan mengubahnya kembali. Seperti nasi sudah menjadi bubur. Kita tidak akan bisa mengembalikannya menjadi nasi. Kita hanya bisa mengolahnya agar bisa dimakan dan menjadi lebih baik. dalam cerpen ini, ketika Tuan Hugo telah menjadi pemimpin yang ternyata tidak terlalu baik, maka kita tidak bisa apa-apa lagi, tetapi kita tetap mendapat pelajaran untuk masa yang akan datang. Menutup ulasan ini, saya meminta maaf atas segala yang kurang. Saya hanya membaca cerpen ini satu kali, bahkan dalam cerpen seingat saya tidak menjelaskan bahwa Kepala Suku dibunuh oleh Tuan Hugo, tetapi saya menerima peristiwa itu secara tersirat hehe. Sekali lagi mohon maaf. Kalau ada teman-teman mengulas cerpen yang sama, bisa sharing di kolom komentar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar