Skripsi, Antara Ekspektasi Dan Prokrastinasi

 

https://opinzone.files.wordpress.com/2014/07/toga-sarjana1.jpg

Jika kamu adalah seorang mahasiswa S1, maka tidak mungkin akan meraih gelar sarjana jika dan hanya jika kamu menyusun karya tulis yang diberi nama SKRIPSI. Satu kata inilah yang kebanyakan menjadi penyebab mahasiswa akan belabel MAPALA (mahasiswa paling lama) atau mahasiswa abadi. Dulu, saat masih jadi mahasiswa bau kencur, alias mahasiswa baru, saya dengan ekspektasi tinggi yakin bahwa akan lulus dengan masa studi 3,5 tahun ditambah dengan embel-embel cumlaude.

Seiring bertambahnya semester, ekspektasi itu berubah karena tercemar oleh realita kakak tingkat yang ternyata paling cepat lulus mentok di masa studi 3,9 tahun itupun hanya satu atau dua orang saja. Oleh karena realita itu, maka ekspektasi saya diturunkan yaitu lulus tepat waktu di tahun ke-empat. Namun seperti kata pepatah, ekspektasi selalu tak sejalan dengan realita. Tahun ini sudah memasuki tahun kelima saya yang tentunya sudah kenyang dengan pertanyaan “kapan lulus?” “kapan wisuda?” dan kapan-kapan yang lainnya.

Banyak hal yang membuat ekspektasi tak berwujud menjadi realita. Biasanya, mahasiswa yang sudah lumutan ngerjain skrpsi akan mengambil alasan yang terdengar masuk akal dan tidak akan menyalahkan dirinya. Misalnya, dosen pembimbing yang susahnya minta ampun untuk ditemui, revisi yang tidak henti-hentinya, prosedur administrasi kampus yang ruwet, variabel penelitian yang sulit, data penelitian yang kurang dan segudang alasan lain.

Dosen pembimbing (dosbing)

Dosbing biasanya menjadi alasan yang paling masuk akal bagi mahasiswa yang pengerjaan skripsinya lebih lambat dari jalan siput. Mulai dari dosbing yang susah ditemui untuk bimbingan, dosbing yang susah pake banget untuk menulis tiga kata yaitu ACC, dosbing yang banyak maunya, setelah revisi minta revisi lagi ataukah dosbing yang menuntut skripsi anak bimbingannya itu setara dengan jurnal internasional yang akan diterbitkan hadeuhWalaupun terdengar sebagai alasan saja, tetapi hal ini tebukti dialami oleh mahasiswa skripsi. Namun, jika kamu terus berjuang pasti akan melewati hambatan ini.

Prosedur skripsi

Alasan ini menjadi populer ketika kampus atau fakultas menerapkan beberapa prosedur baik prosedur admistrasi atau akademik untuk mahasiswa yang memprogram mata kuliah skripsi. Misalnya saja mahasiswa yang bisa mengajukan judul penelitian harus selesai magang, atau praktik kerja lapangan. Di beberapa fakultas juga menerapkan jumlah sks yang harus dipenuhi untuk memprogram skripsi, sehingga apabila akademik mu bermasalah sedikit saja, maka sudah dipastikan skripsimu juga akan telat. Sedangkan prosedur admistrasi yang juga menjadi alasan mahasiswa lama mengerjakan skripsi adalah terkait persuratan, atau tanda tangan dosen, yang memakan waktu beberapa hari pengurusan.

Topik penelitian

Skripsi mengharuskan mahasiswa melakukan penelitian pada topik atau variabel tertentu yang diminati. Hal ini tentunya melibatkan data penelitian, partisipan, dan orang lain di luar diri kita yang kadang menjadi penghambat kelulusan. Beberapa mahasiswa mengeluh karena variabel yang susah. Lah, kan yang menentukan adalah mahasiswa sendiri. Maka untuk kalian yang baru akan memprogram skripsi, jangan hanya memikirkan topik yang bagun dan menarik, tapi pertimbangkan tingkat kesulitannya. Semua alasan di atas bisa disebut sebagai alasan pembenaran saja, yah, membenarkan mahasiswa yang malas mengerjakan skripsi. Kenapa pembenaran ? karena teman angkatan yang sudah wisuda adalah bukti bahwa sebenarnya masalahnya ada di kamu, dan aku hehe. Walaupun tidak menampik bahwa alasan-alasan di atas benar-benar tejadi di lapangan dan benar menjadi penghambat.

Tetapi alasan mendasar skripsi tersebut lambat selesai adalah malas, dan sering menunda-nunda. Dalam bahasa psikologi disebut prokrastinasi. Perilaku ini seharusnya menjadi musuh bebuyutan bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Banyak dari kita selalu merencenakan lulus di semester sekian, tetapi ketika datang revisi dari dosbing, selalu menunda untuk memperbaikinya. Ciri seorang prokrastinator adalah perencana yang baik tetapi selalu gagal dalam mengeksekusi rencana tersebut. Maka buruknya time management bukanlah penyebab prokrastinasi. Sebab utamanya ada di pikiran kita yang merasa bahwa skripsi ini sangat sulit, sehingga tidak mampu bertahan dengan ketidaknyamanan saat mengerjakan skripsi. atau justru sebaliknya, penyebab prokrastinasi adalah menganggap bahwa skripsi ini sangat mudah, sehingga memilih pekerjaan lain yang lebih menyenangkan untuk dikerjakan lebih dahulu.

Prokrastinator selalu lupa bahwa ada waktu yang terus berputar. Oh, kamu menganggap bahwa prokrastinasi baik dengan alasan the power of kepepet ? Big No. Meski menurut penelitian dalam kondisi tertekan, kita bisa mencapai waktu yang efesien untuk mengerjakan sesuatu, tetapi ini tidak terjadi pada semua orang dan semua keadaan. Ini hanya terjadi saat kamu benar-benar dalam kondisi yang amat sangat tertekan, misalnya sudah akan DO. Padahal kebijakan DO hanya diberikan bagi mahasiswa yang berada di tahun ke tujuh. Apa mau, menunggu sampai tahun ke tujuh ?.

Jadi, berhentilah berekspektasi dan berprokrastinasi. Cukup pegang erat ajaran Pak Jokowi, kerja, kerja, kerja karena mereka yang lulus tepat waktu bukan dari kalangan yang IQ-nya 100 ke atas atau yang menonjol saat di kelas, tetapi mereka adalah orang-orang yang tekun dalam mengerjakan tugas, dan tidak prokrastinasi. Ayo, kerja, kerja, kerja!

(Tulisan ini sudah terbit di Portal Makassar)


2 komentar:

Sofia Zef mengatakan...

Kerja ..kerja. kerja...
Nulis..nulis..nulis...

Asyik tulisannya, jadi pengen skripsian lagi. Hehe

nirma magfirandha mengatakan...

Haha iya, makasih kak sudah mampir :)

Diberdayakan oleh Blogger.