Bangku Kosong dan Rasa yang Belum Usai
Ada
yang berbeda dari tayangan Mata Najwa pada 28 September lalu. Acara televisi
yang biasanya menayangkan dialog interaktif antara narasumber dan Najwa Shihab
sebagai interviewer tidak lagi tampil.
Sebagai gantinya, tayangan ini menampilkan Najwa Shihab dengan bangku kosong
yang dihadirkan sebagai manifestasi Menteri Kesehatan Pak Terawan. Najwa Shihab
melontarkan sejumlah pertanyaan kepada bangku kosong tersebut karena
ketidakhadiran Pak Terawan.
Tayangan
itu kemudian memunculkan respon dari berbagai pihak entah positif atau negatif.
Tetapi tulisan ini tidak akan membahas hal itu. Tulisan ini fokus mengulas
tentang metode berbicara dengan bangku kosong yang katanya dianggap baru oleh
sebagian kalangan. Dalam dunia psikologi khususnya bidang terapi klinis, bangku
kosong adalah salah satu metode dari terapi gestalt
dan sudah ada sejak tahun 1940.
Ide
terapi bangku kosong dicetuskan oleh Fritz
Perls berdasarkan teori gestalt yang menganggap suatu hal tidak terpisah karena terdiri
dari susunan melainkan merupakan satu kesatuan. Seseorang harusnya terhubung dengan
lingkungannya, orang yang dicintai, dan peristiwa yang mengikutinya. Terapi ini
juga berprinsip here and now dengan
tujuan untuk menghadirkan kesadaran penuh mencakup pikiran, perasaan dan
perilaku klien saat ini.
Atas
prinsip itu, terapi bangku kosong ini selalu digunakan untuk masalah unfinished
bussiness dengan orang lain atau masa lalu. Seorang terapis akan mengarahkan klien untuk mengungkapkan perasaan yang tertahan selama ini. Bangku kosong diibaratkan orang yang menjadi isu bagi klien, sehingga klien dengan leluasa bisa mengungkapkan apapun mengenai isu tersebut.
Terapi bangku kosong menjadi teknik yang sangat efektif untuk permasalahan interpersonal seseorang. Bangku kosong membantu klien untuk jujur terhadap diri sendiri tanpa memikirkan feedback dari oranng lain. Bangku kosong bukan percakapan imajiner yang harus menghadirkan jawaban bagi si klien. Cukup dengan molog, klien sudah dapat merasakan manfaat berupa kelegaan pikiran dan perasaaan.
Saya sangat memaklumi ketika kontroversi hadir atas keputusan Mba Najwa menampilkan bangku kosong yang diibaratkan sebagai Menteri Terawan. Mungkin, dari sisi pandangan secara umum, ini adalah hal yang sangat sarkasme. Tetapi, dari kaca mata psikologis, bangku kosong ini merupakan healing bukan hanya bagi Mba Najwa sendiri yang katanya mengalami penolakan saat berkali-kali mengundang Pak Menteri. Ini bisa jadi healing bagi publik yang pertanyaannya belum juga dituntaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar