Efek Kelamaan

Pandemi betul-betul berpengaruh pada semua segi kehidupan kita. Semua org, bahkan secara global. Kalau dipikir-pikir, pandemi bisa menghentikan semua kegiatan, membatasi gerak untuk meraih goals-nya. Tetapi banyak juga orang yang justru karena pandemi ini, bisa meraih banyak hal yang ia impikan.

Kamu ada di posisi mana ?

Semuanya pasti tergantung goals dan kerja keras dalam meraihnya. Kalau posisiku jelas, orang yang mudah menyerah dan putus asa. Tapi kata temanku, saya orang yang mudah menyerah karena tidak menghargai proses yang sudah kulewati. Setelah kupikir lagi, yang dikatakan temanku itu benar juga.

Meski goals yang sudah kurencanakan itu belum tercapai, setidaknya ada langkah-langkah kecil yang kulakukan. Walau mungkin sangat kecil. Pandemi ini membuat banyak orang stres, tetapi kita telah dibekali dasar naluriah untuk mengatasi stres tersebut. Tidak mudah tinggal di rumah selama berbulan-bulan bahkan hampir setahun dengan gerak yang sangat terbatas. 

Mempelajari stres yang kualami, saya sadar kalau semuanya bermula dari gerak yang terbatas, ditambah saat ini saya berada di masa transisi setelah selesai kuliah. Seperti berada di persimpangan tapi masih bingung mau belok kiri atau kanan. Semuanya sama-sama banyak halangannya. Tapi juga cara melewatinya sama, yaitu dijalani. 

Sebagian orang bahkan menganggap remeh kalau ada yang merasa stres karena pandemi hanya karena mereka tidak merasakannya. Efek yang paling terasa bagi saya bahkan bisa kubilang ini sampai tahap psikosomatis. Kalau keluar rumah, pasti kepalaku diserang sakit berat dan perasaan mual. Dan kuyakin, ini efek kelamaan di rumah. 

Efek kelamaan tinggal di rumah pasti dialami semua orang, tapi ada yang efeknya baok ada juga yang buruk. Sebagaimana yang saya bilang di awal, ini sangat tergantung sama bagaimana kita semangat menjalani hidup dan strategi kita menghadapinya. Bagaimana pun keadaan saat ini, hargai semua yang sudah kamu lakukan. Dengan begitu, kita bisa semangat melakukan hal-hal lain.